Kamis, 07 Mei 2020

Mikukuhan

Gadis Rantau
 
 Di negara Purwacarita, juga disebut Medhangkamulan, prabu Dremamikukukan berkata kepada patih Jakapuring, ” Wahai para abdi Medhangkamulan, Hyang Narada telah berkenan memberikan segala biji tumbuh-tumbuhan, atas perintah beliau, hendaknya biji-biji tumbuh-tumbuhan tersebut, dapat ditanam dan disebarluaskan di seluruh pelosok desa-desa,” patih Jakapuring segera memohon diri untuk mengerjakan perintah raja.

Syahdan, semua tanaman telah tumbuh baik, banyak gangguan datang, burung-burung memakan tanaman, segera dihalau dan dibunuh kalau merusak tanaman, demikian pula binatang-binatang datang pula mengganggunya, tapi tak segan-segan dihalau pula binatang perusak itu. Hyang Girinata sangat bersyukur dan bersuka cita, atas keberhasilan Prabu Mikukuhan menanam benih-benih tumbuh-tumbuhan, demikian segala sesuatunya yang dilaporkan oleh Hyang Pritanjali dan Hyang Tantra.

Pada suatu ketika, semua tanaman diganggu dan dirusak oleh putut Jantaka dari Gunung Andaga, dan pengikut-pengikutnya, prabu Mikukuhan dengan dibantu oleh putera-putera adiknya, ialah Bagawan Kanda dan adiknya Bagawan Nada, dapat memberantas segala hama yang melanda tanam-tanamannya.

Raden Sengkan dan Raden Turunanlah yang diperintahkan oleh ayahnya membantu Prabu Mikukuhan mengusir semua hama yang merusak tanaman-tanaman tersebut, di samping Nayungyang dan Candramana. Demikian pula, Hyang Endra memberikan gamelan Surendra kepada prabu Mikukuhan.

Adapun Putut Jantaka setelah takluk dan bertobat, oleh prabu Mikukuhan telah diberi kelonggaran, kepada anak-anakanya, yakni yang berwujud kerbau dan sapi kelak menjadi sarana pembantu para petani menggarap sawahnya, untuk itulah mereka diberi makan. Amanlah dukuh Dadapan dari serangan hama, tak lain adalah anak-anak putut Jantaka, demikian pula biji tumbuh-tumbuhan hidup tersebar di desa-desa, negara Medhangkamulan makmur.