Rabu, 29 April 2020

Cara Merumuskan Hipotesis


Cara Merumuskan Hipotesis

Langkah menyusun landasan teori juga merupakan tahapan penelitian yang penting untuk memba  Cara Merumuskan Hipotesis
 Cara Merumuskan Hipotesis


Pengertian hipotesis
Langkah menyusun landasan teori juga merupakan tahapan penelitian yang penting untuk membangun atau merumuskan suatu hipotesis. Landasan teori yang dipilih haruslah sesuai dengan ruang lingkup permasalahan. Landasan teoritis ini akan menjadi suatu asumsi dasar peneliti dan sangat berguna pada saat menentukan suatu hipotesis penelitian.
Peneliti harus selalu bersikap terbuka terhadap fakta dan kesimpulan terdahulu baik yang memperkuat maupun yang bertentangan dengan prediksinya. Jadi, dalam hal ini telaah teoritik dan temuan penelitian yang relevan berfungsi menjelaskan permasalahan dan menegakkan prediksi akan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa hipotesis penelitian dapat dirumuskan melalui jalur:
1.   Membaca dan menelaah ulang (reviu) teori dan konsep-konsep yang membahas variabel-variabel penelitian dan hubungannya dengan proses berfikir deduktif.
2.   Membaca dan mereviu temuan-temuan penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan penelitian lewat berfikir induktif.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang dicari atau ingin dipelajari. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks. Oleh karena itu, perumusan hipotesis menjadi sangat penting dalam sebuah penelitian.
Manfaat Hipotesis
Penetapan hipotesis dalam sebuah penelitian memberikan manfaat sebagai berikut:
1.   Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.
2.   Mengarahkan dan menyiapkan pola pikir peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
3.   Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.
4.   Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.
Oleh karena itu kualitas manfaat dari hipotesis tersebut akan sangat tergantung pada:
1.   Pengamatan yang tajam dari si peneliti terhadap fakta-fakta yang ada.
2.   Imajinasi dan pemikiran kreatif dari peneliti.
3.   Kerangka analisis yang digunakan peneliti.
4.   Metode dan desain penelitian yang dipilih peneliti.
Ciri hipotesis yang baik
Perumusan hipotesis yang baik dan benar harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:
1.   Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan deklaratif, bukan kalimat pertanyaan.
2.   Hipotesis berisi penyataan mengenai hubungan antar paling sedikit dua variabel penelitian.
3.   Hipotesis harus sesuai dengan fakta dan dapat menerangkan fakta.
4.   Hipotesis harus dapat diuji (testable). Hipotesis dapat diuji secara spesifik menunjukkan bagaimana
variabel-variabel penelitian itu diukur dan bagaimana prediksi hubungan atau pengaruh antar variabel termaksud.
5.   Hipotesis harus sederhana (spesifik) dan terbatas, agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian.
Beberapa contoh hipotesis penelitian yang memenuhi kriteria yang tersebut di atas:
1.   Olahraga teratur dengan dosis rendah selama 2 bulan dapat menurunkan kadar gula darah secara signifikan pada pasien IDDM.
2.   Pemberian drill berupa latihan soal matematika sebanyak 3 kali dalam seminggu selama 1 bulan siswa SMK kelas 11 dapat meningkatkan prestasi belajar  secara signifikan.
Menggali hipotesis
Didasarkan pada paparan di atas, maka tentu saja merumuskan hipotesis bukan pekerjaan mudah bagi peneliti pemula. Oleh karena itu seorang peneliti dituntut untuk dapat menggali sumber-sumber hipotesis. Untuk itu dipersyaratkan bagi peneliti harus:
1.   Memiliki banyak informasi tentang masalah yang akan dipecahkan dengan cara banyak membaca literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
2.   Memiliki kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat, objek, dan hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki.
3.   Memiliki kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan yang lain yang sesuai dengan kerangka teori dan bidang ilmu yang bersangkutan.
Dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa penggalian sumber-sumber hipotesis dapat berasal dari:
1.   Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam yang berkaitan dengan fenomena.
2.   Wawasan dan pengertian yang mendalam tentang suatu fenomena.
3.   Materi bacaan dan literatur yang valid.
4.   Pengalaman individu sebagai suatu reaksi terhadap fenomena.
5.   Data empiris yang tersedia.
6.   Analogi atau kesamaan dan adakalanya menggunakan imajinasi yang berdasar pada fenomena.
Hambatan atau kesulitan dalam merumuskan hipotesis lebih banyak disebabkan karena hal-hal:
1.   Tidak adanya kerangka teori atau tidak ada pengetahuan tentang kerangka teori yang jelas.
2.   Kurangnya kemampuan peneliti untuk menggunakan kerangka teori yang ada.
3.   Belum memahami atau belum memiliki pengetahuan tentang teknik-teknik penelitian yang ada untuk merumuskan kata-kata dalam membuat hipotesis secara benar.
Jenis-jenis Hipotesis
Penetapan hipotesis tentu didasarkan pada luas dan dalamnya serta mempertimbangkan sifat dari masalah penelitian. Oleh karena itu, hipotesispun bermacam-macam, ada yang didekati dengan cara pandang: sifat, analisis, dan tingkat kesenjangan yang mungkin muncul pada saat penetapan hipotesis.
Hipotesis dua-arah dan hipotesis satu-arah
Hipotesis penelitian dapat berupa hipotesis dua-arah dan dapat pula berupa hipotesis satu-arah. Kedua macam tersebut dapat berisi pernyataan mengenai adanya perbedaan atau adanya hubungan.
Contoh hipotesis dua arah:
1.   Ada perbedaan berat badan bayi antara bayi yang memperoleh susu tambahan 3 gelas dari ibu yang berperan ganda dan ibu yang tidak berperan ganda.
2.   Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diajar dengan strategi pemberian drill soal latihan dengan siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran ceramah
Hipotesis dua-arah memang kurang spesifik, oleh karena itu perlu diformulasikan dalam hipotesis satu-arah. Contoh:
1.   Terdapat peningkatan berat badan bayi yang signifikan pada bayi yang memperoleh susu tambahan 3 gelas dari ibu yang berperan ganda dibandingkan dengan berat bayi yang memperoleh susu tambahan 3 gelas dari ibu yang tidak berperan ganda.
2.   Prestasi belajar siswa yang diajar dengan strategi pemberian drill soal latihan lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran ceramah.
Hipotesis Statistik
Rumusan hipotesis penelitian, pada saatnya akan diuji dengan menggunakan metode statistik, perlu diterjemahkan dalam bentuk simbolik. Simbol-simbol yang digunakan dalam rumusan hipotesis statistik adalah simbol-simbol parameter. Parameter adalah besaran-besaran yang apa pada populasi.
Sebagai contoh, hipotesis penelitian yang menyatakan adanya perbedaan kematangan berpikir yang berarti antara siswa putra dan siswa putri SMK Gajah Mungkur Yogyakarta. Hal ini mengandung arti bahwa terdapat perbedaan kematangan berpikir antara siswa putra dan siswa putri dari sekolah tersebut. Dalam statistika, rata-rata berarti mean yang mempunyai simbol M, sedangkan parameter mean bagi populasi adalah m. Oleh karena itu, simbolisasi hipotesis tersebut adalah:
Ha: m1≠ m2           (Hipotesis dua-arah) (kurang spesifik)
Ha: m1 > m2          (Hipotesis satu-arah) (tepat dan spesifik)
Atau
Ha: m1- m2 ≠ 0      (Hipotesis dua-arah)
Ha: m1 - m2 > 0     (Hipotesis satu-arah)
Dengan demikian simbol Ha berarti hipotesis alternatif, yaitu penerjemahan hipotesis penelitian secara operasional. Hipotesis alternatif disebut juga hipotesis kerja. Jadi, statistik sendiri digunakan tidak untuk langsung menguji hipotesis alternatif, akan tetapi digunakan untuk menolak atau menerima hipotesis nihil (nol). Penerimaan atau penolakan hipotesis alternatif merupakan konsekuensi dari penolakan atau penerimaan hipotesis nihil.
Hipotesis nihil atau null hypothesis atau Ho adalah hipotesis yang meniadakan perbedaan antar kelompok atau meniadakan hubungan sebab akibat antar variabel. Hipotesis nihil berisi deklarasi yang meniadakan perbedaan atau hubungan antar variabel. Contoh dari hipotesis nol secara statistik adalah:
Ho: m1- m2 = 0     (Hipotesis dua-arah)
Ho: m1= m2= 0     (Hipotesis satu-arah)
Pada akhirnya penolakan terhadap hipotesis nihil akan membawa kepada penerimaan hipotesis alternatif, sedangkan penerimaan terhadap hipotesis nihil akan meniadakan hipotesis alternatif.
Kesalahan dalam perumusan hipotesis dan pengujian hipotesis
Dalam perumusan hipotesis dapat saja terjadi kesalahan. Macam kesalahan dalam perumusan hipotesis ada dua macam yaitu:
1.      Menolak hipotesis nihil yang seharusnya diterima, maka disebut kesalahan alpha dan diberi simbol a atau dikenal dengan taraf signifikansi pengukuran.
2.      Menerima hipotesis nihil yang seharusnya ditolak, maka disebut kesalahan beta dan diberi simbol b.
Pada umumnya penelitian di bidang pendidikan digunakan taraf signifikansi 0.05 atau 0.01, sedangkan untuk penelitian kedokteran dan farmasi yang resikonya berkaitan dengan nyawa manusia, diambil taraf signifikansi 0.005 atau 0.001 bahkan mungkin 0.0001. Misalnya saja ditentukan taraf signifikansi 5% maka apabila kesimpulan yang diperoleh diterapkan pada populasi 100 orang, maka akan tepat untuk 95 orang dan 5 orang lainnya terjadi penyimpangan.
Cara pengujian hipotesis didekati dengan penggunaan kurva normal. Penentuan harga untuk uji hipotesis dapat berasal dari Z-score ataupun T-score. Apabila harga Z-score atau T-score terletak di daerah penerimaan Ho, maka Ha yang dirumuskan tidak diterima dan sebaliknya


buka mesin jahit : http://diditnote.blogspot.co.id/2021/04/merumuskan-hipotesis_7639.html